24 February 2019

Pengetahuan Dari Penelitian Naratif



                                                         Tuggu Proklamasi Sura Baya




Untuk memperdalam pengetahuan, tidak mesti harus datang dan meninjau dari sesuatu yang ingin kita ketahui, kita dapat belajar dan mengetahui setua dari pengalaman orang lain, atau dari cerita baik dalam bentuk novel, buku atau menonton sebuah filem. Supaya apa yang kita pelajari dan kita coba pahami dapat hasil yang  memuaskan hendaklah hal tersebut kita barengi denga sebuah penelitian yang memang khusus memindangi tentang pengalaman atau sejarah masalalu.

A. Penelitian Naratif

Penelitian naratif adalah studi tentang cerita. Sebuah cerita dapat muncul sebagai catatan sejarah atau novel fiksi, seperti dongeng, autobi-ographies, dan genre lainnya. Adapun untuk mendapatkan suatu Cerita yakni melelui sebuah proses seperti mendengarkan dari orang lain atau bertemu secara langsung dengan pelaku melelui wawancara. Studi tentang cerita dilakukan dalam berbagai disiplin keilmuan, termasuk sastra kritik, sejarah, filsafat, teori organisasi, dan sosial ilmu pengetahuan. Dalam ilmu sosial, cerita dipelajari oleh para antropolog, SOCI- ologists, psikolog, dan pendidik.
 Menurut Webster dan Metrova, narasi (narrative) adalah suatu metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia  dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari.

B. Jenis-Jenis Penelitian Naratif

Jenis narasi dapat dilihat dengan mengetahui pendekatan apa yang digunakan. Menurut Polkinghorne (1995 hal 12) ada dua pendekatan yang bisa diambil yaitu pendekatan dengan membedakan antara analisis narasi dan analisis naratif :
1.Analisi narasi

Analisis narasi adalah sebuah paradigma dengan cara berpikir untuk membuat deskripsi tema yang tertulis dalam cerita atau taksonomi jenis

2.Analisis naratif,

Analisis naratif adalah sebuah paradigma dengan mengumpulkan deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian menyusunya menjadi cerita dengan menggunakan alur cerita.

Dari kedua pendekatan tersebut Pendekatan kedua adalah untuk menekankan berbagai bentuk yang ditemukan pada praktek penelitian naratif. Misalnya: sebuh otobiografi, biografi, dokumen pribadi, riwayat hidup, personal accounts, etnobiografi, otoetnografi.

a) Autobiografi adalah bentuk studi naratif dimanaindividu atau orang lain yang ditulis subyek penelitian bagi tulisanya sendiri.

b) Biografi adalah bentuk studi naratif dimana peneliti menulis dan mencatat pengalaman orang lain. Naratif otobiografi individu yang menjadi subjek studi yang menulis laporannya. Degan menaganlisis biografi kita dapat menentukan siapa yang menulis dan mencatat cerita individu.

c) Riwayat hidup adalah suatu naratif dari keseluruhan pengalaman hidup seseorang. Fokusnya sering meliputi titik balik atau peristiwa penting dalam kehidupan individu. Dalam pendidikan, studi naratif secara khusus tidak meliputi laporan dari suatu keseluruhan kehidupan tetapi malah berfokus pada suatu bagian atau peristiwa tunggal dalam kehidupan individu. Dengan riwayat hidup kita dapat melihat berapa banyak dari suatu kehidupan yang dapat dicatat dan disajikan oleh penulis

d) Personal account adalah suatu naratif mengenai seseorang. Contoh naratif seorang Dosen tentang pengalamannya di dalam kelas. Studi naratif yang lain berfokus pada mahasiswa di dalam kelas. Beberapa individu yang lain dalam latar pendidikan dapat memberikan cerita, misalnya tenaga administrasi, pramusaji, tukang kebun dan tenaga kependidikan yang lain. Dengan ini kita dapat melihat siapa yang memberikan cerita.

e) Etnografi adalah deskripsi tentantang kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup; ilmu tentangt pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup tersebar di muka bumi. Misalnya. Pandangan teoretis untuk Amerika latin menggunakan pandangan “testimonios”, untuk cerita tentang wanita menggunakan perspektif  “feminist”. Suatu pandangan teoretis dalam penelitian naratif adalah pedoman perspektif atau ideologi yang memberikan kerangka untuk menyokong dan menulis laporan Apakah suatu pandangan teoretis digunakan.

Jika peneliti merencanakan melakukan studi naratif, maka perlu mempertimbangkan jenis studi naratif apa yang akan dilakukan. Dalam studi naratif, untuk mengetahui jenis naratif apa yang akan digunakan memang penting, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui karakteristik esensial dari tiap-tiap jenis.

C. Karakteristik Penelitian Naratif

Salah satu kunci karakteristik yang menonjol dalam penelitian naratif adalah terdapat tujuh karakteristik utama penelitian naratif yaitu:

a) Pengalaman individu.

Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud pengalaman pribadi dan pengalaman sosial. Penelitian naratif berfokus memahami pengalaman masa lalu individu dan bagaimana pengalaman itu memberi kontribusi pada pengalaman masa sekarang dan masa depan

b) Kronologi pengalaman.

Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan adalah salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis suatu kronologi dan melaporkan pengalaman individu. Ketika peneliti berfokus pada pemahaman pengalaman ini, peneliti memperoleh informasi tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan partisipan. Kronologi yang dimaksud dalam penelitian naratif adalah peneliti menganalisis dan menulis tentang kehidupan individu menggunakan urutan waktu menurut kronologi kejadian

c) Pengumpulan cerita.

Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh individu kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam penelitian naratif adalah orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan atau menceritakan. Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot dan adegan. Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data. Field textsdapat diwakili oleh informasi dari sumber lain yang dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif. Cerita dikumpulkan dengan cara diskusi, percakapan atau wawancara.

d) Restorying.

Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan kembali dengan kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan dan mengurutkannya. Restoryingadalah proses dimana peneliti mengumpulkan cerita, menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot dan adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam urutan kronologis Ada beberapa tahap untuk melakukan restory :

1) Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.

2) Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.

3) Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu rangkaian atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau karakter, tindakan, masalah dan resolusi.

4) Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.

5) Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.

6) Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu rangkaian atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau karakter, tindakan, masalah dan resolusi

e) Coding tema.

Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema atau kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah cerita dan menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman individu. Peneliti menggabungkan tema-tema menjadi kalimat mengenai cerita individu atau memasukannya sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti naratif secara khusus memberi tema utama setelah proses restory

e) Konteks atau latar.

Peneliti menggambarkan secara terperinci latar atau konteks dimana pengalaman individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory cerita partisipan dan menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau konteks pengalaman partisipan. Latar atau setting dalam penelitian naratif boleh jadi teman-teman, keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial atau sekolah.

f) Kolaborasi.

Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi dalam penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam memeriksa cerita yang dibukakan atau dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap dalam proses penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai menentukan jenis field texts yang akan menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis laporan cerita pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan antara peneliti dan partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah antara penyampai naratif dan pelapor naratif.

Kolaborasi juga termasuk menjelaskan tujuan dari penelitian kepada partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan data sampai menulis cerita dan menyusun langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan dalam penelitian.

 Fustaka :
Sebagai Cara dalam Menelusur dan Menguak Cerita dari Hasil Penelitian Menjadi Sesuatu Yang Bersifat Ilmiyah. Disampaikan dalam Diskusi Pasca-Sarjan UMS Metode Penelitian dalam Pendidikan Islam. Oleh: Minten Ayu Larassati

18 February 2019

Artis Ada Karena Diciptakan Bukan Karena Lahir






Di angkat Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sumarni Bayu Anita, S.Sos, M. A yang telah ia presentasikan pada Serial Call For paper dan konferensi Nasional KOMUNIKASI INDONESIA UNTUK MEMBANGUN PERADABAN BANGSA Di Grand Mega Resort Hotel, Bali, 16 April 2013 tentang artis dan perkembagan Filem di indonesia, dari penelitian tersebut kami menyimpulkan ternyata seorang artis itu ada karena diciptakan bukan bawaan sejak lahir.
 Dari penelitian beliau yang mengambil contoh tentang sepasang artis dalam sebuah filem Habibie & Ainun, dimana Reza Rahadian yang berperan sebagai Bacharudin Jusuf Habibie dan Bunga Citra Lestari berperan sebagai Ainun (2012). sangat erat kaitanya antara artis dan perkembagan Filem di indonesia. Disi si peneliti melakukan penelitian berdasarkan teori apakah Artis itu dilahirkan atau dibuat yang bersumber dari buku constructing a sociology of the arts karya Vera L Zolberg (1990), bab 5 Are Artis born or made? yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan asumsi-asumsi pandangan dunia dengan filosofinya adalah pragmatisme serta di lantar belakangi Film Habibie & Ainun.
Film Habibie & Ainun ini telah memecahkan rekor perfilman Indonesia, hanya karena menceritakan perjalanan cinta Bacharuddin Jusuf Habibie seorang mantan presiden Indonesia keTiga setelah Soeharto. Tercatat dalam Waktu tiga hari Filem H&A telah di tonton oleh 3.897.273 orang dan ditayangkan di 241 layar bioskop Indonesia (Irwansyah 2013). Adapun permasalahan peneliti mengupas Filem H&A mencari tahu Bagaimana hubungan artis Indonesia dan Filem Indonesia ditinjau dari kasus Reza Rahadian yang berperan sebagai BJ Habibie dan Bunga Citra lestari sebagai Ainun, sementara tujuan dari penelitian yang di lakukan oleh peneliti untuk memahami Bagaimana hubungan artis Indonesia dan Filem Indonesia ditinjau dari kasus Reza Rahadian yang berperan sebagai BJ Habibie dan Bunga Citra lestari sebagai Ainun.
Di Penutup peneliti menyimpulkan bahwa untuk menjadi seorang artis tidak akan pernah lepas dari Seni (Film) itu sendiri, dari yang kita ketahui bahwa seni bisa menjadi inovasi baru atau tradisional, ia bisa saja benar-benar baru dibuat atau merupakan hasil daur ulang dengan menggunakan artis yang berperan di dalamnya. Dari analisis Becker dalam pandangan sosiologis yang mengingatkan kita bahwa tidak hanya artis saja yang memberikan kredit atas sebuah pekerjaan seni. Lebih dari itu ia melihat bahwa pekerjaan seni adalah hasil kerja kolektif yang tanpa dukungan dari banyak pihak, mungkin saja karya seni sang artis tidak bisa dinikmati oleh khalayak.
Dari penuturan diatas dapat saya simpulkan bahwa tercipta atau terkenalnya seorang artis karena ada khalayak dan kerja keras serta peran aktor dan sutra darah untuk membrending seseorang sehingga menjadi terkenal, di sini juga kreatifvitas dari seorang artis dalam memerankan suatu adengan sangat dibutuhkan tidak hanya dari paras atau kecantikannya saja. menurut Erving Goffman kehidupan sehari-hari dapat diumpamakan sebagai panggung pertunjukan dan manusia adalah para actor yang menggunakan pertunjukan itu untuk memberikan kesan kepada para penonton.

Entri yang Diunggulkan

Hikma Yudisium Daring (Online) Menjadi Kebanggan Orangtua

Akibat Covid-19 atau yang sering kita sebut Corona membuat sebagain orang merasa kecewa, karena Gordon yang menjadi kebanggaan seharusnya di...