27 March 2018

Perang Informasi Dan Ledakan Budaya Massa

Perang Informasi

Negara besar dan kuat sejak dahulu hingga sekarang masih terus berambisi untuk mempertahankan dan memperkokokh hegemoninya atas negara-negara yang lemah. Ambisi ini merupakan bagian dari upaya untuk melanjutkan penjajahan, penjajahan mengandalkan kekuatan senjata sepertri masalalu telah berakhir. Pada era globalisasi informasi sekarang ini penjajahan berlanjut dengan mengandalkan kekuatan informasi. Adigium yang berlaku sekarang ini ‘’ siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia’’  
  Perang informasi tidak terhindarkan, kecamuk perang informasi ini menghadapkan satu kubu yang menguasai informasi dan kubu lain yang kurang menguasai. Arus media massa nal internasional ibarat kunci penjaga gawang (gate keeper) berita internasiol berada ditangan negara-negara yang menguasai teknologi dan produksi informasi seperti New York , London dan Paris. Ketimpangan dalam penguasaan teknologi komunikasi dan informasi semakin menyulitkan posisi negara-negara yang dijadikan terget. Dalam perang yang ditandai dengan gempuran informasi oleh corong-corong media barat tak jarang informasi direkayasa dan dimanipulasi untuk mendiskreditkan pihak lawan. Dengan mengandalkan ke unggulan teknologi dan kecangihan pengolahan pesan, manipulasi informasi biasanya dilakukan dengan mengesampingkan buktiril dan fakta. Oleh sebagian pakar komunikasi prilaku seperti ini disebut sebagai teori pengaburan atau pengecohan , ada juga yang menyebutnya sebagai teori pencitraan buruk atau pembunuhan karakter.
 Salah satu contoh ketika perang Amerika Serikat menghadapi Irak, saluran komunikasi sudah tertutup, presiden Sadam Husein dicitrakan sebagai teroris dengan memiliki senjata pemusna masal. Pencitraan buruk ini jelas tidak sesuai dengan fakta, meskipun demikian berita terus digemborkan supaya bisa diterima sebagai kebenaran. Para propagandis Barat sependapat bahwa kebohongan yang dicecerkan secara terus menerus bisa menjadi kebenaran yang tidak terbantahkan, pendapat inilah kemudian dijadikan pijakan atau teori atau pola dalam perang informasi. 
  Mantan wartawan CNBC Asia, Jerry D. Grey (2006) dalam bukunya Dosa-Dosa Media Amerika menyatakan bahwa dalam perang informasi , media barat berkonspirasi dengan agen setempat yang berpengaruh untuk menyebarkan kebohongan atau informasi manipulatif. Informasi akan dikemas secara fantastis dan tidak mudah diverifikasi sehingga khalayak yang tidak keritis sulit menyangkalnya dan membedakan antara berita hoax dan fakta. Salah satu contoh ialah perang antara israel dan palestina, dalam berita TV tentara Israel memerintahkan tenteranya dengan helikopter bersenjata cangih untuk menyerang pemukiman palestina dan membunuh warga sipil hampir setiap saat guna melemahkan semangat dan pertahanan para mujahidin palestina. Akibat berita tersebut reportase jaringantelevisi dan pers dunia memberikan penghargaan tinggi kepada Israel karena telah melakukan aksi bela diri, padahal fakta sebenarnya tindakan israel tersebut nayta-nyata merupakan serangan biadap terhadap warga sipil dan dapat memicu perang baru serta merusak upaya perdamian.


Pihak Sipil Korban Perang Israel dan Palestina.

     Ditinjau dari perspektif sejarah kemanusian, secara budaya-politik, internet merupakan media gelobal yang sangup membenturkan perbedaan -perbedaan antara budaya lokal dan budaya asing. Sisilain internet juga akan membuat banyak lembaga masyarakat mempertahankan karakter tradisional atau memodifiksinya di dunia maya yang berkaitan dengan tiga hal penting yaitu Refrensi terhadap berita lokal dan nasional, mendomestikkan berita tentang negara lain , dsn merefleksikan arus ketidak seimbangan dalam komunikasi antara negara maju dan negara berkembang. Secara Budaya media global sanggup membenturkan perbedaan budaya dan secara Politik mampu menggiring opini publik ke arah kepentingan tertentu. Dalam sebuah diskusi publik di jakarta , Jerry pernah berpesan kedapa masyarakat untuk mencernah setiap informasi dari barat secara keritis.’’ informasi dari barat jangan ditelan begitu saja. Perhatikan informsi tersebut dengan opini-opini yang menyertainya maka anda akan menmukan benag merah yang menunjukkan konspirasi dibaliknya.


film yang mengadaptasi cerita pendek milik Asma Nadia itu, lebih memberi nilai-nilai pelajaran bagi manusia, juga sebuah makna kehidupan tentang cita-cita agung untuk melaksanakan ibadah dari berbagi sisi manusia yang hidup dalam serba kekurangan, serba berlebihan, serba kepentingan. Inilah sisi menariknya dalam Film “Emak Ingin Naik Haji”.




 Ledakan Budaya Massa 
  
Aspek lain dari komunikasi Internasional adalah peranannya dalam penyebaran pengaruh yang ditujukan untuk mempengaruhi dan mengendalikan bagian -bagian dunia lainya. Kegiatan komunikasi internasional akhir-akhir ini telah menimbulkan hello effeck berupa ledakan budaya massa yang menerapkan sebagian besar kawsan dunia. Budaya massa yang dibawa media barat termasuk filem ,VCD-DVD, musik pop, dan produk budaya sejenis telah merangsak kedalam masyarakat tradisional. Terjadinya ledakan budaya massa secara langsung berkaitan dengan perkembangan ilu pengetahuan, terutama teknologi komputer dan elektronik. Meski perkembangan ini merupakan kegiatan internasional, namun alat-alat pelontar informasi dari barat secara sistematis telah menimbulkan dampak terkikisnya nilai-nilai budaya lokal tradisional.


Sinopsis: Yusuf, putra tunggal pengusaha kaya, menjalin hubungan cinta dengan Zulaikha, seorang putri bangsawan Bugis yang masih kuat memegang adat. Garis darah yang enggak sederajat itu bikin cinta keduanya menghadapi tembok penghalang. Cinta yang terhalang bikin mereka membuktikannya dengan silariang( Kawinlari).

 Proses ini berlangsung pesat sejak munculnya masyarakat modren yang berciri technotronic, yaitu masyarakat yang hidupnya bergantung pada teknologi elektronik. Collin Cherry mengatakan bahwa ledakan Massa terjadi karena adanya campurtangan jurnalistik sebagai penyebar informasi keseluruh dunia, oleh sebab itu Cherry menyimpulkan ledakan komunikasi ini memiliki tiga aspek.
1. Secara geografis daerah-derah bagian selatan telah terseret kedalam jaringan komunikasi di belahan utara.
2. Tingkat lalulintas dan jumlah informasi yang dibawa dalam sistem tersebut telah mengalami peningkatan berlimpat ganda secara geometris.
3. Kerumitan teknis dari perangkat keras baru maupun keterampilan serta spesialisasi untuk mengoprasikan dan merawat jaringan tersebuttumbuh semakin canggih.
  Karena masyarakat dunia semakin terpengaruh dan bergantung satu sama lain maka produk budaya barat menyerbu negara berkembang serta berlomba-lombah untuk mengembangkan pasar dan memperluas wilayah pengaruhnya. Majid Tehranian menyebut penomena ini sebagai ‘’ imperialisme media’’ dan Ali Muhammadi menyebut sebagai ‘’ imprealisme budaya’’



Kaset Filem VCD dan DVD Internasional yang menyebar luas Di Indonesia.




No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

Hikma Yudisium Daring (Online) Menjadi Kebanggan Orangtua

Akibat Covid-19 atau yang sering kita sebut Corona membuat sebagain orang merasa kecewa, karena Gordon yang menjadi kebanggaan seharusnya di...